Scroll untuk baca artikel
Press Release

BMKG Dorong Penguatan Kerja Sama Negara Selatan-Selatan untuk Hadapi Perubahan Iklim

86
×

BMKG Dorong Penguatan Kerja Sama Negara Selatan-Selatan untuk Hadapi Perubahan Iklim

Sebarkan artikel ini
Kerja sama negara selatan-selatan penting untuk menghadapi perubahan iklim
Kerja sama negara selatan-selatan penting untuk menghadapi perubahan iklim dan meningkatkan ketahanan global terhadap kenaikan muka air laut. Source Foto BMKG

Mikrotv.ID, Bali — Plt. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menekankan pentingnya penguatan kerja sama negara-negara selatan-selatan dalam menghadapi perubahan iklim.

Menurutnya, kolaborasi antarnegara di kawasan ini mutlak diperlukan untuk membangun ketahanan bersama menghadapi ancaman perubahan iklim.

Dalam acara High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships yang diselenggarakan oleh Bappenas di Bali pada Rabu (4/9/2024), Dwikorita menggarisbawahi perlunya perhatian serius terhadap dampak perubahan iklim yang mengancam kehidupan umat manusia.

Ia menyatakan bahwa kerja sama antarnegara selatan-selatan sangat penting untuk meningkatkan ketahanan bersama.

Acara tersebut mengangkat tema “Rising Sea Level: Strategic Responses for Sustainable Development” dan turut dihadiri Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan.

Dwikorita menjelaskan bahwa perubahan iklim merupakan tantangan global yang tidak mengenal batas teritorial.

Kolaborasi antarnegara menjadi langkah wajib untuk menjembatani kesenjangan teknologi dan literasi masyarakat, terutama di kawasan selatan-selatan.

Kesenjangan ini masih sangat lebar, sehingga banyak masyarakat dunia yang belum peduli terhadap dampak perubahan iklim akibat minimnya literasi.

Akibatnya, perubahan iklim sering kali dianggap sebagai isu kampanye belaka tanpa aksi nyata, dan sistem peringatan dini yang ada pun belum optimal.

Dwikorita menegaskan bahwa kerja sama dan kolaborasi internasional bertujuan untuk memperkuat ketahanan negara-negara terhadap perubahan iklim sebagai respons terhadap kondisi bumi saat ini.

Dalam paparannya, Dwikorita menyebutkan bahwa suhu global telah naik 1,45 derajat di atas rata-rata periode pra-industri tahun 1850-1900.

Hal ini menyebabkan kenaikan muka air laut yang semakin cepat dari dekade ke dekade.

Kenaikan rata-rata muka air laut global mencapai 2,1 mm per tahun antara 1993 dan 2002, kemudian melonjak menjadi 4,4 mm per tahun antara 2013 dan 2021.

Lonjakan ini sebagian besar disebabkan oleh pencairan es di kutub yang dipercepat oleh mencairnya gletser dan lapisan es laut.

“Situasi ini sangat serius dan memerlukan respons yang serius pula,” ujar Dwikorita.

Sejak tahun 2017, Indonesia melalui BMKG telah bekerja sama dengan negara-negara kepulauan di Kawasan Pasifik untuk menghadapi kenaikan muka air laut.

Negara-negara kecil kepulauan yang sangat terancam oleh perubahan iklim mendapatkan pelatihan tentang prakiraan cuaca numerik, tinggi gelombang, monitoring kekeringan, serta program terkait keamanan wilayah pesisir, penilaian risiko, dan sistem peringatan dini.

BMKG telah menjalin kerja sama dengan negara-negara seperti Papua Nugini, Tonga, dan Kepulauan Solomon.

Selain itu, Dwikorita menekankan pentingnya pengawasan berkelanjutan dan terstandarisasi dalam sistem pengukuran kenaikan muka air laut.

Ia juga menyerukan perlunya sinergi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir tanpa mengabaikan kearifan lokal.

Dengan langkah-langkah ini, ancaman bencana dapat diminimalisir dan diantisipasi secara maksimal.

Artikel ini telah diparafrase dan dimodifikasi dari sumber aslinya di laman BMKG. (*)